KURA-KURA NINJA & BARBIE GIRL (cerpen ANITA edisi 12 / th 1998)

"Boleh duduk di sini?" tanya Doddy ramah.
"Eh iya... nggak ada orangnya ini," jawab Ice (bacanya ; bukan Ice seperti ice cream, lho! Tapi Ice-nya.. Itje Trisnawati).

Doddy duduk di samping Ice. Dia sibuk merapihkan tas ransel yang dibawanya, kelihatannya berat banget.

"Nggak bisa diem amat," gerutu Ice dalam hati.
"Eh, sorry, ya." Doddy merasa nggak enak melihat Ice yang sepertinya keganggu dengan kesibukannya.
"Hihi.. kok dia denger, ya?" Ice ketawa dalam hati. Sesekali dia melirik ke arah Doddy yang sudah mulai tenang. Lucu juga nih anak, pikirnya.
"Kita kan udah sering ketemu, ya? Kalo nggak salah, ini pertemuan ketiga. Iya, kan?" ujar Doddy.
"Iya kali," jawab Ice santai.
Harus iya! Soalnya saya selalu mencatat pertemuan itu. Jadi saya nggak bakal pernah salah. Yang pertama tanggal 3, terus tanggal 5, dan yang ketiga... ya, sekarang ini. Cuma waktu perteuan pertama dan kedua kita masih diem-dieman. Paling cuma lirik-lirikan," Doddy coba mengingatkan.
"Idih.. ge-er banget. Enak aja ngelirik-lirik dia. Kayak kecakepan aja," Ice mengguam dalam hati.
"Oh ya, kayaknya ngak enak, deh, kalo ngobrol lama-lama, tapi nggak saling kenal. Nama saya DOddy. Kalo kamu?" tanya Doddy seraya diiringi lagu "Boleh Nggak"-nya Dicky Chandra. Tapi kali ini yang nyanyi pengamen yang ada dalam bis itu.
"Doddy Alfayed?" Ice nyeletuk. Dia tidak bisa menahan tawanya melihat tingkah Doddy yang, terus terang aja, di mata Ice adalah funny boy. Malah Ice ngejulukinya "Kura-Kura Ninja".

Habis, udah badannya kecil (tingginya ngak lebih dari 151 cm) eh... kalo kuliah akenya tas ransel yang gede plus isinya yang penuh. Kalo jalan? Yaudah, mirip kura-kura ninja.

"Kok Doddy Alfayed, sih? Dia kan udah mati bareng Lady Diana," ujar Doddy polos, wajahnya sangat memelas.
"Kali aja nyokap elo dulunya pengagum Doddy Alfayed."
"Ngaco! Waktu saya lahir, Doddy Alfayed belum seheboh sekarang. Jadi naa saya nggak ada hubungannya dengan dia!"
"O..." Mulut Ice membentuk huruf "O".
"Kalo kamu?" tanya Doddy.
"Ice."
"Ice doang?"
"Tanpa doang. Pokoknya panggil aja Ice."
"Ice... Ice...," Doddy mengingat-ingat nama Ice.
"Kenapa?"
"Nama kamu bagus. Saya suka," ujar Doddy nekat. Padahal beberapa mata penumpang yang beridiri didekatnya meperhatikan Doddy dari tadi.
"Nih cowok nggak tau alu amat. Udah tau lagi di bis kota, berani-beraninya ngerayu, gumam Ice dala hati.

Doddy tersenyum ketika mendengar pengamen di bis itu menyanyikan lagu "Why Do You Love Me", yang jadi soundtrack sinetron "Angin Rumput Savana".

"Kenapa?" tanya Ice yang masih risih melihat Doddy senyum-senyum sendiri.
"Pengamen itu kok tau suasana, ya? Tadi waktu kita mau kenalan, dia nyanyi lagu 'Boleh Nggak'.
Eh, sekarang lagu yang romantis. Hebat, ya, dia?"
"Hmmm itu kan kebetulan aja," ICe berkomentar. Padahal dalam hatinya ICe mebenarkan kata-kata Doddy.
"Saya sudah mau sampai. Boleh tau kan nomer telepon kamu?" Doddy menyodorkan buku tulis pada Ice.
"Buat apaan?"
"Buat ngehubungi kamu kalo kangen."

Entah kenapa Ice tidak bisa menolak. Dia menuliskan nomer teleponnya di buku Doddy.

"Kamu nggak mau tau nomer telepon saya?" tanya Doddy, setelah menerima bukunya kembali.

Ice menggelengkan kepala.

"Yaudah. Saya duluan, ya?! Thanks." Doddy berjalan menuju pintu depan. Dia tidak peduli pada penumpang lain yang memperhatikannya.

Setelah Doddy turun, Ice sempat melihat cowok itu melambaikan tangan. Tapi Ice pura-pura tidak melihat. Dia malah membuka dompet dan memberi selembar uang ribuan pada pengamen yang menyodorkan kantong plastik ke arahnya.

***

Ice sedang baca buku 'Pengantar Management' bersamaan dengan berakhirnya lagu "Beautiful Life".

"Itulah satu lagu manis dari Ace of Bace dengan Beautiful Life-nya. Masih bersama Jordy yang nemenin kamu-kamu di malam hari ini hingga jam 22 nanti. Buat kamu yang mau kirim-kirim masih ditunggu di 3051971. Hallo?"

"Hallo! Selamat malem."
"Ya, selamat malam.. dari siapa, nih?" tanya Jordy, penyiar favouritenya Ice.
"Dari Doddy."

Ice berhenti membaca. "Doddy Alfayed?" pikirnya.

"Mau kirim buat siapa, Dod?" tanya JOrdy.
"Ada lagu 'Barbie Girl' nggak, Jor?"
"Barbie Girl? Ada, ada... buat siapatuh lagunya?"
"Buat Barbie Girl!"
"
Barbie Girl?"
"Yeah... gue kirim lagu itu buat di yang... hari ini pulang kuliah satu bis dengan gue. Jujur, gue terkesan banget. Dia cantik, meskipun agak sombong, tapi masih keliatan kalo sebenarnya dia gadis yang ramah dan baik hati. Sampai kapan pun gue akan selalu merindukan dia..."

Belu selesai Doddy bicara, ICe sudah mematikan radio itu.

"Norak! Kura-kura jelek!!!" Ice memaki-maki sendiri.

Dia semakin sebel lantaran wajah Doddy kembali mengganggu pikiranya. Ketka dia melihat boneka donal duck miliknya, tiba-tiba boneka itu berubah menjadi Doddy yang sedang tersenyum.

"Sebel.. Sebel....Sebel!!!" Ice menelungkupkan wajahnya ke bantal. Dia berusaha menghilankan waah Doddy dari pikirannya. Tapi tetap aja tidak bisa. Semakin keras dia berusaha melupakan, wajah Doddy semakin menggoda dengan segaa ekspresinya.

***

Lysda dan Nining tertawa mendengar cerita Ice.

"Kok elo ketawa terus sih, Da?" tanya Ice.
"Habis seru banget. Elo julukin dia kura-kura ninja. Dan dia ngejulukin elo barbie girl. So? kalo elo ama dia pacaran kan jadi seru... kura-kura ninja dan barbie girl," ujar Lysda.
"Pacaran ama dia?! Nggak janji, deh," Ice langsung protes.
"Kenapa?" tanya Nning.
"Pokoknya gue nggak bakal pacaran sama dia," jawab Ice. Mau ditaruh dimana muka gue? Nining cowoknya gondrong dan keren. Lysda juga gitu, cowoknya macho. Masa gue harus pacaran ama kura-kura ninja? Ice membatin.
"Alaaa jangan gitu. Biasanya di sini ngomong begini, eh, nggak taunya dengan dia ngomongnya beda," Lysda menggoda.
"Iya! Jangan langsung nolak. Biasanya semakin dibenci, akan semakin keinget!" sambung Nining.
"Nggak! Pokoknya nggak! Emangnya nggak ada cowok lain apa?"

"Ice..!" panggil Mamanya Ice.
"Ya, Ma..."
"Ada telpon."
"Eh, sebentar, ya. Gue terima telepon dulu." Ice meninggalkan mereka.
"Hallo.."
"Hallo! Apa kabar, honey?" Kata-kata embuka yang jadi ciri khas Yudi, mantan cowok Ice.
"Ada apa?" tanya Ice dingin.
"I miss you."
"Bullshit!"
"Suer! Gue kangen banget. Selaa ini gue ngak bahagia ama dia. Gue udah bubaran," ujar Yudi.
"Enak banget. Giliran udah bosen ama dia, elo balik lagi ama gue. Dulu aja, waktu kegila-gila ama Shinta, enak aja lo ninggalin gue," protes Ice.
"Sorry, deh, waktu itu gue.."
"Alaaa.. udah deh, nggak usah banyak alasan."
"Suer, ney... gue nyesel bubaran ama elo. Besok gue mau ketemu ama elo. Boleh, kan?"
"Besok gue ada acara. Udah, ya, gue lagi sibuk, nih." Ice langsung meletakkan horn telepon.

Baru saja Ice mau melangkah, teleponnya berdering lagi. Ice mengangkatnya.

"Hallo!"
"Besok gue jeput elo di rumah," kata Yudi.
"Besok gue nggak bisa." Ice kembali meletakkan horn teleponnya.

Belum sempat Ice beranjak, teleponnya berdering lagi.

"Elo susah amat dibilanginnya. Pokoknya gue nggak bisa!" ujar ICe marah-marah.
"Nggak bisa apanya?" Suara lugu dan polos. Yang langsung membuat Ice tersadar.
"Eh, Sorry... siapa, nih?" Ice jadi malu. Dikiranya masih Yudi yang telepon.
"Doddy."
"Oh..."
"Kenapa marah-marah?" tanya Doddy.
"Tadi ada orang gila ngebel."

Doddy malah tertawa.

"Kok elo ketawa, sih?" Ice sewot.
"Orang gila itu hebat juga, ya? Bisa tau nomer telepon kamu," jawab Doddy sambil tertawa.
"Dasar stupid!" Ice mengerutu dalam hati.
"Mungkin orang gilanya baru kali, ya? Buktinya dia masih bisa telepon," kata Doddy.
"Udah, deh, nggak usah ngebahas itu. Langsung aja! Ada apa?"
"Besok saya mau ngajak kamu pergi. Bisa?"

Tadinya Ice mau nolak. Tapi karena dia ingat besok Yudi juga mau datang ke rumahnya, akhirnya Ice menerima ajakan Doddy.

"Kayaknya rame banget tuh telepon," Lysda kasih komentar setelah Ice kembali menemani mereka.
"Emangnya dari siapa, sih? Pake berantem segala?" tanya Nining.
"Yang pertama dari Yudi. Terus dari si kura-kura ninja," jawab Ice tidak bergairah.
"Elo ribut lagi sama Yudi?" tanya Nining.

Ice mengangguk.

"Aneh! Pacaran ribut. Udah bubaran juga masih ribut," koentar Lysda.
"Terus kalo si kura-kura ninja gimana?" tanya Nining.
"Dia ngajak pergi."
"Elo mau?" Lysda penasaran.
"Terpaksa. Daripada pergi aa Yudi, mendingan gue pergi ama si kura-kura ninja."
"Tuh.. kan, gue gilang juga apa. Sama kita-kita dia bilang nggak suka dengan kura-kura ninja. Eh.. pas ngomong sama orangnnya langsung, dia iya aja," goda Lysda.
"Itu kan terpaksa. Daripada gue ribut lagi ama Yudi, mendingan..."
"Terima aja si kura-kura ninja," goda Lysda dan Nining berbarengan.
"Udah, ah... seneng banget ngegodain orang," protes Ice.

***

Ice baru pulang jalan-jalan dengan Doddy. Dia langsung menuju ke ruang makan. Kebetulan papa-papa dan mamanya sedang makan.

"Wah, tumben pulang-pulang langsung makan," sapa Mama.
"Habis, kayaknya makanannya enak, sih," jawab Ice sabil menyantap makanan dengan lahap.
"Oya, Ce, besok kamu nggak ada acara, kan?" tanya Papa.
"Kayaknya belum ada, Pa."
"Kalo gitu Papa dulu, deh, yang ngajak kamu."
"Boleh. Mau kemana, Pa?"
"Ke ruah pak Tomo."
"Bos Papa?"
"He-em."
"Emangnya ada apa, Pa?"
"Mulai minggu depan pak Tomo dipindah tugas ke Kanada. Dia dan kelurganya akan pindah ke sana. Untuk itu besok dia ngundang kita datang ke rumahnya."
"Cuma itu?"
"Papa akan menggantikan posisi pak Tomo sebagai manager di Jakarta," Mama menjelaskan.
Ice menghentikan makannya, kemudian meneguk minuman.
"Bener, Pa? Papa akan jadi manager di Jakarta?" tanya Ice penasaran.
"Iya. Makanya besok kita akan bersilahturahmi dengan keluarga pak Tomo," jawab Papa.
"Selamat ya, Pa." Ice mencium Papanya.
"Tapi besok kamu harus ikut, ya?!" Papa mengingatkan.
"Beres, Pa." Ice bergegas ke kamarnya.
"Lho! Kok makannya nggak dihabisin?" tanya Mama.
"Udah kenyang, Ma."

***
Ice baru ganti pakaian ketika telepon di kamarnya berdering. Dia langsung menyambarnya.

"Hallo!"
"Duh yang habis jalan-jalan, girang banget," goda Lysda.
"Wah, kacau. Pokoknya si kura-kura ninja itu bener-bener kacau banget."
Kacau gimana?"
"Elo tebak gue kemana?"
"Paling ke resto."
"Pokoknya gila, deh."
"Gila kenapa?"
"Gue keliling-keliling doang di Mall. Udah gitu, ya ampun.... pelitnya bukan main. Bayangin, gue baru makan di rumah gue."
"Ya.. mungkin aja dia mau nguji elo kali."
"Nguji? Emangnya dia apaan pake nguji segala?"
"Kali iaja dia pengen tau isi hati plus kepribadian elo."
"Tapi buat apaan? Emangnya gue cewek dia apa?"
"Yaudah jangan sewot gitu dong."
"Tapi gue kasihan juga sih ama dia. abis dia polos banget, sih."
"Wah... hati-hati, lho! Biasanya itu tanda-tanda buahayaaaa."
"Ah, bisa aja lu! Eh, udah dulu ya. Gue mau mandi nih."
"Oke deh, sorry ya, ganggu."

Ice bergegas ke kamar mandi. GTapi tiba-tiba batinnya merasa tidak enak. Kayaknya gue sombong banget, ya? Masa gue selalu ngomongin kejelakan dia. Padahal kan dia orangnya baik, sopan, dan.. ternyata nggak jelek-jelek amat. Ah, mas bodo! pikirnya. Dia segera menuju kamar mandi.

***


Wajah ICe merahnya bukan main. Dia tidak menyangkan sedikit pun kalo Doddy anaknya pak Tomo. Apalag penapilannya kali ini beda banget. Keren dan simpatik.

Ice tidak berani memandang ke arah Doddy. Dia hanya tertunduk malu. Bahkan hingga pulang ke rumah, tidak sepatah kata pun yang terucap dari mulut ICe. Paling hanya tersenyum jika pak Tomo menggodanya.

***

Sejak pertemuan di rumah keluarga Doddy, Ice jadi berubah. Dia yang biasanya periang, kini jadi pemurung. Dia selalu menyesali sikapnya yang terlalu cepat menilai seseorang.

"Non, ada surat." Bi Inah memberi sepucuk surat pada Ice.

Ice segera mebaca ;

Buat : barbie girl

Terus terang, malam itu aku kaget melihat kamu ada di rumahku. Tapi aku bahagia. Aku seakin nggak bisa ngelupain kamu. Apalagi alam itu kau sangat cantik.

Aku berharap kamu mau memeafkan tingkahku selama ini. Itu semua aku lakukan, karena aku nggak mau seseorang suka padaku karena harta. Karena itulah aku semakin suka sama kamu. Ternyata kamu gadis yang sederhana dan baik hati. Meskipun kamu dari keluarga berada, tapi masih mau naik bis kota.

Perekenalanku denganmu benar-benar memberi arti lebih dalam lembaran biru hidupku. Sampai kapan pun aku nggak mungkin bisa melupakanmu.


Aku yang akan selalu merindukanmu

DODDY


Ice melipat surat Doddy. Tatapan matanya hampa. Ada sesuatu yang menyentuh hatinya, makna kehidupan. Ya! Ada makna kehidupan yang dapat dipetik dari pertemuannya dengan DOddy. Tanpa disadari terasa keteduhan di hatinya. Terima kasih oh Tuhan. Engkau semakin membukakan mata hatiku.

The end





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biografi Sugoy Suhendra

DIBUTUHKAN HOST PROGRAM TV